Sabtu, 29 Maret 2008

Romy Rafael Sang Hipnoterapi

Siapa yang tidak kenal sosok Romy Rafael. Romy merupakan sosok laki - laki yang mempelajari ilmu hipnoterapi (hypnotis) yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit kecanduan apapun semacam Narkoba, Rokok, Insomnia dsb, seperti yang dikatakan saat mengisi launching acara perdana di salah satu televisi lokal yang ada di Surabaya Selasa (15/01).

Menurut Romy, ilmu hipnoterapi lain halnya dengan ilmu gendam yang biasanya digunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk berbuat sesuatu yang dapat merugikan orang lain. “Sebenarnya ilmu hipnoterapi itu sendiri tidak bisa dipergunakan untuk berbuat kejahatan melainkan ilmu ini hanya digunakan untuk membantu semua orang”, tegas Romy.

Ilmu hipnoterapi juga lain halnya dengan ilmu magic dan sulap. “Ilmu hipnoterapi ini sesungguhnya hanya mengandalkan keyakinan dan kekuatan pikiran, jadi bukan seperti sulap ataupun ilmu magic”, tegas Romy. Untuk mempelajarinya juga sulit, tergantung kemauan orangnya, “Sebenarnya semua orang bisa mempelajari ilmu hipnoterapi seperti saya, asalkan punya kemauan pasti bisa”, papar cowok bertubuh kekar ini.

Seusai mengisi launching acara perdana di salah satu televisi lokal Surabaya, Romy akan melanjutkan perjalanannya untuk kembali ke Jakarta. Romy juga menuturkan untuk para fans - fansnya agar selalu optimis dalam megerjakan semua hal, karena optimis merupakan salah satu kunci dari keberhasilan.

Rabu, 26 Maret 2008

Jual Koran untuk Sandaran Hidup

Mencari jarum diatas tumpukan jerami. Sebuah ungkapan yang pas untuk mengutarakan berbagai upaya yang dilakukan banyak masyarakat dalam mencari pekerjaan di kota Surabaya yang kejam dalam hal lapangan pekerjaan ini.

Menjelang matahari terbit Fery Dodik Setiawan bergegas keluar dari rumahnya yang berada di kawasan Jl. Juwingan Surabaya dan mulai mengayuh sepeda bututnya untuk mengambil koran di agen. Dinginnya udara pagi tidak menyulutkan semangat anak berumur 12 tahun ini untuk mengerjakan kegiatan sehari – harinya yaitu berjualan koran untuk menyambung hidup.

Setelah mengambil koran di agen, anak putus sekolah ini langsung menuju tempat biasa dia menjual koran – korannya yaitu di perempatan Bratang di depan Kebun Bibit. ”boro – boro sekolah mas, wong udah bisa makan aja udah alhamdulillah”, kata Fery dengan mengusap keringat saat baru sampai di tempat biasanya dia berjualan koran.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini tidak pernah sedikitpun memperlihatkan raut muka yang menunjukkan penderitaannya selama ini. Meski kesehariannya dihabiskan di jalan untuk berjualan koran, tetapi anak periang ini selalu menghadapi kejamnya hidup ini dengan senyuman.

Seperti anak – anak lain pada umumnya, Fery juga ingin sekolah, tetapi karena kedua orang tuanya tidak bekerja, dia lebih memilih membantu orang tuanya mencari uang untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari. ”Yang bisa saya lakukan hanya jual koran mas, yang penting nggak nyuri, anak seumuran saya mau kerja apalagi kalau nggak jual koran”, tegas Fery.

Sembari melepas lelah dan memeras keringat, Fery mencari tempat teduh untuk beristirahat sejenak dengan menikmati makanan bikinan Ibunda tercintanya yang dibungkus rapi dengan kertas minyak. ”Ini bukan kegiatan rutin kok mas, kalau dibikinin sarapan yah saya bawa, kalau nggak yah uda”, ucap Fery setelah melahap makanan bikinan Ibunya.

”Saya tidak pernah malu dan menyesal menjadi penjual koran, karena disamping pekerjaan ini halal, saya juga merasa banyak membantu para pembaca koran untuk dengan mudah mendapatkan koran tersebut. Saya juga sudah menabung untuk tahun depan, karena tahun depan saya akan melanjutkan sekolah saya yang putus di bangku kelas lima SD., Doain saya yah mas...”, kata Fery dengan memperlihatkan senyum khasnya.