Allahhuakbar.. Walillailham. Berkumandangnya gema takbir pada Kamis (09/09) pertanda hari kemenangan bagi umat islam di seluruh dunia yang selama satu bulan penuh berhasil menahan lapar dan dahaga, serta hawa nafsu yang setiap saat dapat menjerumuskan manusia kedalam jurang dosa telah tiba.
Oleh karena itu semua umat muslim tanpa terkecuali berupaya mengekspresikan kemenangan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan takbir keliling. Takbir keliling merupakan salah satu ritual yang selalu menjadi tradisi di setiap penghujung bulan Ramadhan.
Seperti halnya takbir keliling yang dirayakan oleh masyarakat desa Besuki kecamatan Jabon kabupaten Sidoarjo ini. Berbagai elemen masyarakat yang ada di desa Besuki, Jabon, Mindi dan sekitarnya, berkumpul dengan guyub merayakan hari kemenangan dengan takbir keliling di daerah pengungsian korban lumpur Besuki.
Takbir keliling yang dirayakan oleh para Korban Lumpur Sidoarjo ini bisa dibilang agak berbeda dengan perayaan takbir keliling lainnya. Pasalnya, bermacam-macam pertunjukkan seperti menyemburkan api dari mulut yang dilakukan oleh anak-anak, memainkan petasan tradisional yang biasa disebut "Bumbung", seruan takbir yang diiringi oleh marching band yang ala kadarnya, hingga berjoget di tengah jalan. Duka nestapa akibat keganasan lumpur Sidoarjo tersebut, sejenak berubah menjadi canda dan tawa.
Meskipun pertunjukan menyemburkan api dari mulut yang dilakukan oleh anak-anak terlihat berbahaya, akan tetapi mereka melakukannya dengan sempurna bak pemain sirkus ternama. Dengan bergantian, satu per satu anak-anak dengan tangkas menyemburkan api dengan cara meminum minyak gas lalu menyemburkan ke arah obor yang dipegangnya.
Filani, salah satu peserta takbir keliling yang berasal dari Pondok MI Daarul Ulum Sidoarjo, mengatakan bahwa keikutsertaannya dalam acara tersebut untuk meramaikan acara yang hanya dapat dirayakan satu tahun sekali. "Saya ikut acara ini karena ingin merayakan hari kemenangan dengan bertakbir keliling di sekitar pengungsian Besuki ini", celoteh bocah 12 tahun ini pada Krisnahome.co.cc.
Tak ayal, setiap orang yang melintas di lokasi pun, sontak menghentikan laju motornya seraya tak ingin melewatkan pemandangan yang cukup jarang ditemui tersebut. Banyaknya elemen masyarakat korban lumpur Sidoarjo yang andil dalam perayaan takbir keliling tersebut menjadi suguhan dan kemasan yang unik nan menarik untuk ditonton. (Naskah/Foto : Krisna Fajar P.)
Jumat, 10 September 2010
Ekspresi Duka dalam Balutan Kostum Takbir Keliling
Dalam acara takbir keliling yang digelar oleh berbagai elemen masyarakat korban lumpur Sidoarjo ini, ada sebuah pemandangan yang menggambarkan keadaan masyarakat Besuki akibat bencana Lumpur Lapindo. Sebagian para peserta takbir keliling mengekspresikannya dengan takbir keliling menggunakan kostum yang cukup ekstrem.
Anak-anak muda ini memakai kostum diantaranya adalah kostum pocong, ustadz, orang utan, waria, dan orang gila. Mereka adalah Crew AIR (Abdi Ilmu Remaja) yang merupakan gabungan dari remaja desa Besuki yang menjadi korban Lumpur Sidoarjo.
Saat ditemui Krisnahome.co.cc, Nur Hamid Koordinator takbir keliling tersebut mengatakan bahwa, "Kami remaja desa Besuki tidak putus asa, kami berusaha bangkit dari keterpurukan yang berkepanjangan ini dengan salah satunya mengadakan pembekalan tentang penanaman tanaman agro bagi remaja desa Besuki", ungkap pria yang saat itu memakai kostum ustadz.
Lain halnya dengan Abidin. Salah satu peserta takbir keliling yang memakai kostum putih mencolok dengan balutan make up putih hitam menyerupai pocong. Ia mengaku bahwa kostum yang dipakainyaadalah salah satu wujud dari ekspresi remaja desa Besuki yang tengah geram kepada pihak Lapindo yang tengah menghancurkan masa depannya. (Naskah/Foto : Krisna Fajar P.)
Anak-anak muda ini memakai kostum diantaranya adalah kostum pocong, ustadz, orang utan, waria, dan orang gila. Mereka adalah Crew AIR (Abdi Ilmu Remaja) yang merupakan gabungan dari remaja desa Besuki yang menjadi korban Lumpur Sidoarjo.
Saat ditemui Krisnahome.co.cc, Nur Hamid Koordinator takbir keliling tersebut mengatakan bahwa, "Kami remaja desa Besuki tidak putus asa, kami berusaha bangkit dari keterpurukan yang berkepanjangan ini dengan salah satunya mengadakan pembekalan tentang penanaman tanaman agro bagi remaja desa Besuki", ungkap pria yang saat itu memakai kostum ustadz.
Lain halnya dengan Abidin. Salah satu peserta takbir keliling yang memakai kostum putih mencolok dengan balutan make up putih hitam menyerupai pocong. Ia mengaku bahwa kostum yang dipakainyaadalah salah satu wujud dari ekspresi remaja desa Besuki yang tengah geram kepada pihak Lapindo yang tengah menghancurkan masa depannya. (Naskah/Foto : Krisna Fajar P.)
Label:
Education,
Kisah Inspiratif,
News.Update,
Peristiwa,
Religi
Langganan:
Postingan (Atom)