Pendidikan merupakan salah satu alat atau media untuk mencetak calon-calon pemimpin yang berintelektual. Apabila dalam menjalani proses pendidikan tersebut, tidak ada yang memantau ataupun benar-benar memberikan pengertian yang positif pada murid-murid yang duduk di bangku sekolah dasar, maka semua itu bisa menjadi cambuk yang cukup menyakitkan untuk moralitas para calon intelektual kita.
Untuk mengajarkan pendidikan yang baik bagi para murid-murid sekolah dasar, Guru mempunyai berbagai macam mediasi untuk sarana penyampaian ilmu yang diberikan oleh guru kepada muridnya. Memang sudah seharusnya Guru memberikan yang terbaik untuk para calon pemimpin dan para calon intelektual di masa-masa yang akan datang.
Oleh karena itu, peran Guru dalam pendidikan sangat patut diperhatikan oleh pemerintah, karena tugas Guru merupakan tugas yang paling mulia, karena tanpa adanya guru, tidak mungkin tercetak orang-orang hebat seperti Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, Abu Rizal Bakrie dan masih banyak lagi.
Seiring dengan berjalannya waktu, pendidikan yang ada di Indonesia mulai meningkat pesat. Seperti halnya pada sarana yang digunakan guru dalam menyampaikan materi yang diajarkannya kepada muridnya. Biasanya, pada zaman dahulu, guru menggunakan black board (Papan tulis hitam) dengan kapur serta penghapus yang terbuat dari kayu untuk mediasinya.
Untuk ukuran sekolah bonafit, dalam menyampaikan materi atau ilmu yang diajarkan kepada muridnya, mereka para Guru sudah menggunakan white board (Papan tulis putih), serta spidol dan penghapus yang khusus untuk menghapus tinta marker. Dan itu hanya beberapa sekolah yang memang mempunyai nilai akreditasi yang cukup tinggi dalam pendidikan.
Di era millennium, ada fasilitas terbaru untuk para Guru yang berfungsi untuk meringankan tugas para Guru untuk kebutuhannya sehari-hari. Pada zaman dahulu para guru menggunakan black board dan white board sebagai media penyampaian materi kepada murid-muridnya. Tapi, fasilitas yang dibilang dapat meringankan tugas guru adalah menggunakan infokus dan laptop. Dengan fasilitas tersebut, guru tidak perlu susah-susah untuk menuliskan materi agar dapat di tulis oleh siswa-siwinya.
Guru tinggal membuat konsep silabus untuk pelajaran yang akan diajarkannya besok. Setelah itu Guru harus menulis naskah dengan Power Point di laptop atau komputer rumah, kemudian dilanjutkan dengan disimpan di mini hardisk yang biasa disebut dengan flashdishk. Dengan flashdishk, data apapun, berapapun kapasitasnya, dapat disimpan dan digunakan kapan pun apabila dibutuhkan.
Mungkin masih banyak sarana dan fasilitas yang digunakan oleh para Guru untuk menyampaikan ilmu yang mereka pelajari kepada muridnya. Tetapi baru-baru ini, para Guru dituntut untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak didiknya dalam bidang internet.
Di Era Globalisasi yang modern ini, tugas para Guru adalah, mengajarkan dan menosialisasikan tentang apa itu internet, dan bagaimana memanfaatkan situs atau layanan yang ada pada dunia maya tersebut. Mungkin bagi sebagian yang beluim mengenal internet, mereka akan mengatakan bahwa internet itu tabu.
Padahal, di dalam dunia internet, sebagian masyarakat dapat lebih mengekspresikan diri dalam bentuk apapun dan semua itu banyak tersedia di dalam dunia internet atau dunia maya. Disamping itu, internet juga banyak membantu masyarakat dalam bidang informasi dan komunikasi.
Selain itu, layanan internet saat ini juga sering dipakai sebagai alternatif untuk berbagai hal yang menyangkut promo / periklanan, karena internet disinyalir mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan sarana promo / periklanan pada media cetak, bando iklan, ataupun baliho-baliho yang tertancap di sejumlah ruas jalan protokol.
Tugas terpenting untuk para Guru adalah, harus mengajarkan murid-muridnya mulai sejak usia dini atau sejak duduk di bangku SD. Karena untuk mencetak calon pemimpin atau calon pengusaha hebat yang akan menghiasi dunia pekerjaan nanti, diperlkukan bekal yang cukup banyak. Oleh karena itu, dunia internet adalah suatu hal utama yang paling mendasar untuk diperkenalkan kepada murid-murid yang masih duduk di bangku SD.
Internet dapat memicu kreatfitas pada siswa yang masih duduk di bangku SD. Karena, di dalam internet, selain terdapat layanan website, email, blog, ternyata untuk siswa SD juga disediakan layanan game online yang dapat mengasah otak para siswa yang memainkannya, karena kebanyakan dalam permaianan game online tersebut, banyak dibutuhkan imajinasi yang cukup tinggi.
Di sini, peran terpenting kedua setelah orang tua mereka adalah peran para Guru. Memang layanan dan situs internet merupakan suatu pengetahuan yang baik bagi siswa SD, tetapi sisi negatif yang ada dalam internet, bisa jadi juga akan memicu kenakalan para siswa SD.
Salah satu layanan yang menadi momok bagi orang tua maupun Guru yang ada di Sekolah, saat muridnya di ajarkan bagaimana mengakses internet dan bagaimana menggunakan internet dengan sepantasnya adalah, para siswa SD dengan polosnya, malah membuka situs-situs terlarang seperti situs Porno. Karena mereka masih polos, begitu melihat situs website yang berisi gambar-gambar atau video porno, mereka akan berusaha untuk mengapplikasikan apa yang telah dilihatnya.
Salah satu layanan yang menadi momok bagi orang tua maupun Guru yang ada di Sekolah, saat muridnya di ajarkan bagaimana mengakses internet dan bagaimana menggunakan internet dengan sepantasnya adalah, para siswa SD dengan polosnya, malah membuka situs-situs terlarang seperti situs Porno. Karena mereka masih polos, begitu melihat situs website yang berisi gambar-gambar atau video porno, mereka akan berusaha untuk mengapplikasikan apa yang telah dilihatnya.
Jadi, para Guru harus ekstra lebih hati-hati dan harus senantiasa lebih mengawasi anak didiknya dalam proses belajar, terutama mempelajari tentang ilmu di dunia internet. Dan para Guru harus bisa memberikan pengertian bahwa situs atau website itu hanya bisa di akses oleh orang yang berumur di atas 17 tahun.
Tidak hanya itu saja, apabila para murid SD yang di rumah mempunyai atau berlangganan internet, maka para Guru harus mengingatkan atau memberi tahu orang tua mereka agar memperhatikan perolaku anaknya di dalam menggunakan layanan internet, apakah digunakan sebagaimana mestinya atau malah sebaliknya. (Naskah : Krisna Fajar P. / Foto : Robah-Sketsa Pendidikan.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar